Bookmark and Share

Senin, Maret 30, 2009

Contoh Demokrasi Minus Pada Pemilu di Banjarnegara

Sebuah obrolan tanpa sengaja terjadi antara saya dengan seorang caleg dari daerah pemilihan 4 kabupaten banjarnegara, beliau bertanya kepada saya "nopo sing bakal terjadi teng pemilu 9 april mangke?", kemudian saya berpikir sejenak, tetapi belum saya menjawab pertanyaan beliau, beliau sudah menjawab pertanyaan yang beliau tanyakan sendiri, "kathah caleg sing sami turon nylenggarak kalih nyekeli bathuk?", saya sempat tertawa kecil kemudian beliau melanjutkan, "lha nggih kan de", kesuh anu krasa dilomboni karo kadere, misuh2, urung domehi karo bojone", beliau lalu mencontohkan dengan nada ibu2 yang marah "kuwe pak mulane nek diomongi bojo kuwe manut, domongi kon aja nyaleg malah nyaleg, ya ky kuwe, lha sekang ndi jal siki arep li mbayar utang!!!", saya tertawa mendengar celoteh beliau, lalu beliau menjelaskan bahwa pencalegan hampir seperti judi, alias untung - untungan dan faktor nasib yang menggantungnya...
Mungkin memang benar, dalam setiap even pemilu merupakan ajang mencari keberuntungan atau sekedar mencari sensasi diantara para caleg yang bertarung di jagad pemilu. Di Banjarnegara contohnya, Dapil 1 saja ada sekitar 12o caleg yang mencoba keberuntungannya, padahal ada kurang lebih 50 kursi yang diperebutkan, berarti akan ada separuh lebih dari caleg yang tersingkir. Ironis memang, banyak diantara caleg yang bukan berasal dari "orang mampu", faktanya bukan jumlah yang sedikit mereka mengeluarkan dana untuk kampaye dan mencari simpatisan. Ada pula yang menjual tanah maupun menggadaikan barang2 milik mereka, bahkan ada yang hutang kepada teman maupun sanak sudaranya. Padahal belum tentu terpilih nantinya, karena sosok caleg yang ada sekarang sudah tidak menjadi penting lagi dimata masyarakat Banjarnegara pada khususnya, yang penting "berduit", karena masyarakat mengharapkan uang sebagai bahan pembeli suara mereka.
Sungguh merupakan hal yang miris melihat hal tersebut, karena sungguh sudah tidak ada jiwa demokrasi yang melekat, belum yang memilih untuk tidak memilih karena bingung atau sekesar tidak mau ambil pusing untuk memikirkan pemilu. Data dari KPUD Banjarnegara tercatat total ada 722.113 pemilih terdaftar di Kabupaten Banjarnegara dan jumlah TPS yang tercatat ada 2400 tersebar di seluruh Banjarnegara. Diantara para pemilih yang terdaftar tersebut mungkin hanya 75% yang nantinya akan memilih, sisanya ada yang diluar kota atau memilih golput.
Banjarnegara merupakan kota kecil di jawa tengah yang rata2 bermata pencaharian pedagang dan petani, mungkin karena latar belakang pendidikan mereka yang terhitung kurang, maka kepedulian terhadap pemilu juga kurang. Saya sempat bertanya pada salah seorang koresponden yang saya temui mengenai calon yang akan dicontreng, "Pak, panjenengan arep milih sapa ngesuk?", jawaban beliau sungguh mengejutkan "Nyong milih ya sing ngewei nyong duit ka?". Jawaban seperti inilah yang didapat saya ketika menanyai beberapa orang lainnya. Pertanyaan saya adalah, sampai kapan hal ini akan terjadi, bukankah pemilihan langsung inilah yang diharapkan masyarakat indonesia saat ini?Tetapi apa yang diharapkan dari sebuah demokrasi bila seperti ini adanya, mungkin bangsa ini masih memerlukan pembenahan dan menjadi PR bagi pemimpin bangsa ini selanjutnya, bahwa masyarakat Indonesia pada umumnya mauoun Banjarnegara pada khususnya masih belum mengerti makna pemilu yang sesungguhnya.
Nerasaken Maos...

Sabtu, Maret 28, 2009

Jika Bumi ini tak terselamatkan lagi, bagaimanakah nasib anak cucu kita kelak?Saya sangat mendukung gerakan ini..semoga apa yang telah dilakukan temen - temen dari earth hour mampu menggugah hati warga dunia untuk lebih peduli pada bumi tercinta ini....
Bukankah tuhan telah menciptakan bumi yang indah ini dengan segala isinya?Tetapi apakah kita dapat mempertanggung jawabkannya untuk tetap memelihara keutuhan bumi ini..marilah kita bersama - sama menjaga dan tetap memelihara keutuhannya dimulai dari sekarang...

Save Our Earth..make a World better from now...

Nerasaken Maos...