Bookmark and Share

Jumat, Juli 23, 2010

Cuaca ekstrem akibat melemahnya aktivitas matahari

Cuaca dingin ekstrem melanda kawasan lintang tinggi Bumi. Fenomena ini, antara lain, disebabkan oleh Matahari yang tidur berkepanjangan. Dampaknya menjadi terasa berat karena semakin diperparah oleh adanya pemanasan Bumi dan perubahan iklim global.

Sejak Desember lalu, suhu ekstrem terus melanda kawasan Lintang Utara, yaitu mulai dari Benua Amerika, Eropa, hingga Asia. Di Eropa, suhu dingin bulan lalu pernah mencapai minus 16 derajat celsius di Rusia dan minus 22 derajat celsius di Jerman. Bagi Inggris, ini suhu ekstrem terdingin dalam 30 tahun terakhir. Jalur transportasi ke Perancis lumpuh.

Amerika Serikat pun mengalami hal yang sama. Serbuan cuaca ekstrem ini berdampak pada kegagalan panen di Florida dan menyebabkan dua orang meninggal di New York.

Kejadian luar biasa yang berskala global ini diyakini para pengamat meteorologi dan astronomi berkaitan dengan kondisi melemahnya aktivitas Matahari yang ditandai oleh menurunnya kejadian bintik matahari atau sunspot.
Bintik hitam yang tampak di permukaan Matahari melalui teropong bila dilihat dari sisi samping menyerupai tonggak yang muncul dari permukaan Matahari. Tonggak itu terjadi akibat berpusarnya massa magnet di perut Matahari hingga menembus permukaan.

Akibat munculnya bintik hitam berdiameter sekitar 32.000 kilometer atau 2,5 kali diameter rata-rata Bumi, suhu gas di fotosfer dan kromosfer naik sekitar 800 derajat celsius dari normalnya. Hal ini dapat mengakibatkan badai matahari dan ledakan cahaya yang disebut flare.

Namun, yang terjadi beberapa tahun terakhir ini adalah Matahari nonaktif. Menurunnya aktivitas Matahari itu berdasarkan pantauan Clara Yono Yatini, Kepala Bidang Matahari dan Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), mulai terlihat sejak tahun 2000.

Para pakar astrofisika matahari di dunia menyebut tahun 2008 sebagai tahun dengan hari tanpa bintik matahari yang tergolong terendah dalam 50 tahun terakhir. Mereka memperkirakan beberapa tahun sesudah 2008 akan menjadi tahun-tahun yang dingin, kata Mezak Ratag, pakar astrofisika yang tengah merintis pendirian Earth and Space Science Institute di Manado, Sulawesi Utara.

Pengukuran kuat medan magnet bintik matahari dalam 20 tahun terakhir di Observatorium Kitt Peak Arizona menunjukkan penurunan. Dari medan magnet maksimum rata-rata 3.000 gauss pada awal 1990-an turun menjadi sekitar 2.000 gauss saat ini.

Penurunan sangat signifikan ini merupakan bukti bahwa hingga beberapa waktu ke depan Matahari masih akan pada keadaan malas, kata Mezak. Ia memperkirakan kalau aktivitas maksimumnya terjadi pada sekitar tahun 2013, tingkatnya tidak akan setinggi maksimum dalam beberapa siklus terakhir.

Matahari dan iklim

Saat matahari redup berkepanjangan, musim dingin ekstrem berpotensi terjadi karena Matahari—sumber energi bagi lingkungan tata surya—adalah penggerak mesin iklim di Bumi.

Sejak 1865, data di Lapan menunjukkan kecenderungan curah hujan berkurang saat Matahari tenang. Demikian pula musim dingin parah sejak akhir 2009 terjadi saat Matahari amat tenang (deep minimum) mirip kejadian 1995-1996, urai Thomas Djamaluddin, Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim Lapan.

Bukti keterkaitan dengan perilaku Matahari ini ditunjukkan oleh fenomena kebalikannya, yaitu musim dingin minim salju saat Matahari aktif pada tahun 1989. Musim dingin sangat panjang terjadi saat Minimum Maunder tahun 1645-1716 dan minimum Dalton awal 1980-an.

Kondisi serupa terjadi pada 1910-1914. Itu banyak dikaitkan dengan dinginnya laut pada musibah tenggelamnya Titanic pada April 1912. Normalnya, waktu itu sudah musim semi.

Sementara itu, Mezak berpendapat, pola aktivitas Matahari minimum saat ini mirip dengan kejadian tahun 1880, 1890, 1900, dan 1910. Jadi, siklus Matahari tidak hanya menunjukkan siklus sebelas tahun. Ada siklus lebih panjang dengan periode sekitar 100 tahun—siklus Gleisberg. Dalam catatan meteorologis, saat terjadi siklus itu, banyak cuaca ekstrem dingin, tetapi tidak seekstrem Minimum Maunder.

Cuaca dan GRK

Efek aktivitas Matahari minimum lebih banyak memengaruhi daerah lintang tinggi. Aktivitas Matahari sejak sekitar tahun 2007 hingga kini memperbesar peluang terjadinya gradien suhu yang besar antara lintang tinggi dan lintang rendah. Akibatnya, kecepatan komponen angin arah utara-selatan (meridional) tinggi.

Prof CP Chang, yang mengetuai Panel Eksekutif Monsun Badan Meteorologi Dunia (WMO), berkesimpulan, aktivitas monsun lintas ekuator yang dipicu gradien suhu yang besar di arah utara-selatan akhir-akhir ini meningkat secara signifikan dibandingkan dengan statistik 50 tahun terakhir.

Hal ini memperkuat dugaan, aktivitas Matahari minimum yang panjang berkaitan erat dengan cuaca ekstrem dingin. Di Indonesia, kejadian angin berkecepatan tinggi lintas ekuator menjadi penyebab utama munculnya gelombang-gelombang tinggi dari Laut China Selatan ke perairan Laut Jawa.

Adanya gas rumah kaca di atmosfer, lanjut Thomas, juga meningkatkan suhu udara yang menyebabkan perubahan iklim. Efek gabungannya cenderung meningkatkan kerawanan bencana terkait iklim, kata Thomas.

Teori pemanasan global mengatakan, atmosfer yang memanas membuat partikel-partikel udara menjadi semakin energetik dan berpotensi menghasilkan cuaca ekstrem.




Sumber : Associated Press & Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim (LAPAN)
Nerasaken Maos...

Sabtu, Mei 30, 2009

SBY: Allah Pilihkan Nomor 2

Jakarta - Nomor urut dua dalam Pilpres 2009 bagi pasangan SBY-Boediono adalah berkah. Tanda jadi angka 2 dapat dimaknai sebagai simbol victory yang berarti kemenangan. "Alhamdulillah mendapat nomor dua, banyak pemaknaannya. Bisa berartivictory, perjuangan menuju kemenangan dan melanjutkan yang telah kita lakukan," kata SBY sambil mengangkat lambang simbol jari angka dua. Hal ini disampaikan dia dalam Silatnas Parpol Koalisi SBY-Boediono di Arena PRJ, Kemayoran, Jakarta, Sabtu (30/5/2009). Menurut dia, mendapatkan nomor urut dua yang punya makna positif itu merupakan berkah dari Allah SWT. Sebab, SBY mengaku pasrah sejak dari awal berapa pun nomor urut yang akan didapat dalam undian di KPU. "Kita tidak memilih karena mendapat giliran ketiga. Yang giliran pertama dan dua memilih, kita tinggal buka saja. Allah SWT yang memilihkan," ujar SBY. Namun di satu sisi, tanda jari simbol angka dua juga membawa tanggung jawab. Bahwa segala kegiatan dan materi kampanye SBY-Boediono harus disampaikan dengan cara-cara yang mengedepankan kecerdasan, tidak melakukan agitasi dan kampanye negatif, menyerang kontestan lain secara personal dan berlangsung damai. "Sehingga kita bisa menang secara terhormat dan mulia adanya. Bila kita menang terhormat dan mulia, Insya Allah rakyat ikhlas menerima kita dan berpartisipasi membangun bangsa," kata SBY.

Sumber SBYpresidenku.com
Nerasaken Maos...

Kamis, April 30, 2009

Hari Pendidikan Nasional


Tahukah Kamu..?

Nama asli Ki Hajar Dewantara adalah Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Beliau lahir di Yogyakarta, pada tanggal 2 Mei 1889. Tanggal Kelahirannya ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional. Beliau adalah Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan RI yang pertama.
Nama Ki Hajar mulai beliau gunakan ketika berusia 40 tahun. Sejak bernama Ki Hajar, gelar bangsawannya beliau tinggalkan. Ki Hajar memang dikenal dekat pada rakyat jelata sejak kecil.
Ki Hajar mengenalkan prinsip dasar penddidikan : Ing Ngarsa Sung Tuladha (di depan memberi teladan atau contoh), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah turut membangun dan bekerja sama), Tut Wuri Handayani (di belakang memberikan semangat atau dorongan).
Nerasaken Maos...